Perihal Teman; 3 Hal yang Tidak Seharusnya Diungkapkan Kepada Teman

Perihal Teman; 3 Hal yang Tidak Seharusnya Diungkapkan Kepada Teman
Perihal Teman - Mungkin agak aneh jika saya ngobrol dan ngulas tentang pertemanan di uncchu.com. 

Karena biasanya saya lebih fokus ke tulisan dengan tema lainnya seperti tutorial, bisnis dan blogger.

Bahasan seperti ini biasanya ditulis oleh teman saya Fide Baraguma pemilik blog dengan nama Baraguma

Entah kenapa kali ini saya ingin sekali mengulas tentang pertemanan di uncchu.com.

Apa mungkin karena memang kebetulan sedang berada di fase ini? Atau karena saya memang lagi butuh tempat bercerita? Sehingga saya sangat ingin menumpahkan sedikit kesah dan gundah di artikel ini.

Melirik dari judulnya, apa saja kira-kira hal yang seharusnya tidak diungkapkan kepada teman.

Tidak peduli sedekat apapun itu pertemanan yang sedang dijalin. Penasaran? Yuk, simak beberapa ulasannya sampai selesai.

Keluarga

Nah loh? Bukannya sebagai teman adalah hal yang biasa mengetahui sedikit banyaknya tentang keluarga masing-masing? 

Benar, hal yang tidak seharusnya diungkapkan menurut saya adalah apa yang sedang terjadi di dalamnya. Bukan tentang keluarganya!

Sebagai pembuka, keluarga saya dan keluarga teman saya patut untuk dikenali dengan baik. Ini sangat berguna jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. 

Setidaknya sebagai teman, saya harus memiliki satu nomor pribadi dari keluarganya. Misalnya nomor ayah, ibu atau saudara dari teman saya tersebut.

Kenapa? Seperti yang saya sebutkan di atas, jika terjadi apa-apa. Baik hal yang terjadi pada teman atau diri saya sendiri. 

Saya bisa menghubungi keluarga teman saya tersebut untuk meminta pertolongan atau bantuan lainnya yang diperlukan.

Pada kasus ini, hal yang seharusnya teman saya tidak tahu adalah masalah dan apa yang terjadi di dalam keluarga saya. 

Begitu juga sebaliknya, saya tidak seharusnya tahu dengan masalah internal keluarga teman saya. Misalnya masalah yang terjadi antara teman saya dengan orangtua atau saudaranya.

Letaklah jika kondisi terburuknya, saya benar-benar sedang butuh teman bicara dari permasalahan yang sedang saya hadapi. 

Saya akan memastikan teman saya sudah masuk ke dalam kategori sahabat dekat yang sudah bisa dipercaya atau telah berteman lebih dari 8 tahun.

Saya pribadi akan mengurungkan niat saya untuk bercerita masalah keluarga jika dua syarat di atas belum terpenuhi dari sosok teman saya tersebut. 

Bukan berprasangka tidak baik kepadanya, tapi lebih ke prilaku defensif agar hal-hal tidak baik yang bisa merusak tali pertemanan muncul setelah saya curhat ke teman.

Perasaan

Hal selanjutnya yang tidak seharusnya diberitahukan kepada teman menurut saya adalah perasaan. 

Saya sangat yakin jika sedikit saja saya bercerita tentang perasaan kepada teman.

Berdasarkan pengalaman saya, ketika saya jujur tentang perasaan. Memang sangat melegakan bisa jujur dengan perasaan yang dirasakan. 

Tapi setelahnya kejujuran akan menjadi titik awal perubahan level pertemanan saya dengannya. 

Bisa saja menjadi lebih baik atau justru malah masuk ke level mantan teman bahkan menjadi musuh.

Lalu perasaan seperti apa yang saya maksud? Perasaan sayang atau bahkan cinta. Jangan sekali-kali menaruh perasaan seperti ini kepada teman.

Jadikan status kalian berdua tetap menjadi teman tidak lebih dan tidak kurang. Percaya atau tidak jika ada perasaan yang kemudian hari muncul. 

Meski munculnya begitu saja, maka segera bunuh dan jangan pernah mengungkapkannya meski menurut saya itu sebuah kejujuran.

Orientasi Seksual

Nah loh maksudnya gimana? Sedekat apapun hubungan saya dalam pertemanan. Saya harus selalu mencoba untuk tetap bermuka dua tentang orientasi seksual. Tidak semua orang siap dengan orientasi seksual yang berbeda.

Tidak dengan maksud membenarkan, tapi faktanya saya masih hidup di lingkungan yang mana orientasi seksual yang berbeda adalah sebuah hal yang rumit untuk diungkapkan ke publik.

Jujur, saya sendiri jika ada teman yang menyatakan bahwa ia adalah seorang LGBT misalnya. 

Marah sih enggak, jijik juga enggak, tapi entah mengapa saya akan bergerak mundur dan membuat batas alami dari dia yang jujur dengan orientasi seksualnya.

Seperti yang saya lihat. Fakta di lapangan, kebanyakan dari kita justru bukan mencarikan solusi bagi mereka tapi malah mengarah ke nada kebencian dengan sejuta makian dan ketidak mampuan menerima perbedaan.

Kasarnya, jika saya atau teman saya jujur dengan orientasi seksual saya. Tidak ada yang akan langsung memeluk, mensupport dan bahkan kemungkinan saya akan menjauhi teman saya tersebut.

Memendamnya atau berpura-pura mungkin lebih baik hingga suatu saat benar-benar menemukan orang yang tepat.

Menemukan orang yang bisa memberikan nasehat dengan cara yang santun sehingga membuat mereka tidak melepaskan genggaman tangan dan status sebagai teman.

Kesimpulan

Itulah 3 hal yang seharusnya tetap disembunyikan dari teman-teman. Sedekat apapun teman tersebut dengan saya, menipu diri atau berpura-pura akan menjadi pilihan terbaik daripada harus kehilangan teman.

Mau bagaimanapun, sebagai teman kita tetap terpisah oleh hal-hal yang tidak tertulis dalam aturan pertemanan. Jadikan teman tetap jadi teman ya.

---

Jangan lupa untuk follow dan subscribes uncchu.com di google news dan youtube.

A male blogger who is afraid of heights and always faints when sees blood. But once active as an HIV AIDS counselor, and an announcer on a radio.