Maafkan Aku dan Perasaanku yang Muncul Begitu Saja

Maafkan Aku
Maafkan Aku – Sebelumnya aku mohon maaf yang sebesar-besarnya untuk segala hal yang aku tulis di sini. Mungkin ada beberapa poin yang akan membuat kamu tidak nyaman atau bahkan marah.

Tapi jangan khawatir, aku rasanya sudah cukup menyiapkan mental dengan segala konsekuensi dan tanggapan tak terduga masif lainnya darimu.

Apapun itu, meski saat menulis ini aku masih berharap semua tidak akan pernah berubah setelah kamu membaca ini. Malah berharap jauh lebih baik lagi dan lebih dekat lagi.

Namun sekali lagi aku tetap meletakkannya dalam garis bahwa itu hanya mimpi belaka.

Hingga jika itu tidak terjadi (kedekatan) aku masih bisa berbesar hati dan menganggap ini adalah mimpi dan tetaplah sebuah mimpi.

Aku bingung mau menulis dari mana. Semoga saja tulisan ini, mulai dari makna dan maksud yang ingin disampaikan benar-benar tersampaikan dengan baik dan benar. 

Tidak ada kesalahpahaman dan ketersiksiksaan perasaan seperti yang aku alami sebulan belakangan.

Bicara soal latar belakang kedekatan yang aku anggap biasa. Makin ke sini aku menyadarinya kedekatan ini sudah mulai berubah haluan. Perasaan ini benar-benar muncul tak karuan selama sebulanan ini.

Maafkan Perasaanku

Mulai dari sebatas teman, sahabat, saudara lalu menjadi sesuatu yang seharusnya tidak terjadi. Tapi malah terjadi.

Semua perasaan itu datang dari diriku, dari jiwaku yang salah ini. Jadi benang merahnya dan semua kesalahan ini semata-mata datang dari diriku sendiri. Bukan dari dirimu.

Aku sadar ini salah, meski ketidaknormalan ini sudah kusadari semenjak lama dan aku yakin kamu mengetahuinya juga.

Tapi perasaan yang aneh kepadamu ini tumbuh seiring waktu dan aku sendiri tidak menyadarinya. Aku masih meyakini aku adalah orang yang tidak mudah untuk jatuh cinta.

Aku baru menyadarinya setelah perasaan itu membesar dan terus membesar. Ibarat sebuah luka menganga, aku baru menyadari kalau aku terluka saat aku sudah mulai lemah kehabisan darah.

Seperti itulah perasaan ini. Aku baru menyadarinya setelah aku benar-benar tak mampu menahannya apalagi membendungnya.

Aku tidak tahu apakah ini pelarian dari hancurnya kehidupanku atau dari buruknya takdir, baik takdir kehidupan atau takdir percintaan yang aku lewati.

Entahlah, aku berharap ini bukan karena kedua hal tersebut. Jika iya karena kedua hal tersebut, berarti usahaku gagal total untuk ikhlas akan semua nasib buruk dan takdir buruk yang telah aku lewati.

Berarti usahaku untuk terlihat baik-baik saja gagal total. Usahaku untuk tetap tersenyum dibalik luka yang menyiksa sepanjang usia ini gagal total. Mudah-mudahan bukan karena itu.

Jika berbicara takdir buruk, aku rasa dirimu sudah mengetahuinya baik perjalanan hidupku dan perjalan cintaku. Kegagalan itu pasti sudah kamu ketahui meski aku sendiri tidak pernah bercerita.

Pernah ingin menumpahkan semuanya padamu kala itu, tapi aku tidak siap dan masih berpikir kamu tidak sebaiknya mendengar cerita buruk dan berat.

Meski aku memiliki banyak kesempatan disetiap malam saat kamu di kosku. Dan kamu juga selalu memberikan kesempatan itu.

Dan akhirnya sampai perasaan ini muncul. Aku tetap menahannya agar tidak menceritakannya padamu. 

Pada kamu yang selalu membuat aku bahagia. (Meski kutahu dirimu tidak suka bagian “Kamulah yang membuatku bahagia” tapi faktanya begitu. Maafkan aku)

Sekali lagi mungkin ini adalah paragraf paling menyakitkan bagimu. Dan sekali lagi aku memohon maaf sebesar-besarnya sebelum dan sesudahnya. Dan aku berharap kamu tidak berubah sedikitpun setelah ini.

Tapi kembali lagi apapun nanti yang terjadi. Benci atau malah saling menyayangi. Aku akan ikhlas sama seperti aku mengikhlaskan takdir buruk yang menimpaku.

Hai kamu. Aku baru sadar perasaanku mungkin bergeser dari seorang kakak yang sangat menyayangi adiknya menjadi seperti perasaan seseorang yang sangat jatuh cinta.

Dan maafkan aku tuk perasaan itu. Perasaan yang aku sendiri membencinya, berusaha membunuhnya tapi aku tak mampu. Maaf 🙏🥺.

Jujur saja, setelah menulis ini cukup memberikan rasa lega. Meski baru saja kutulis di note dan belum kukirim kepadamu.

Catatan yang sudah lama kukunci dalam note selama sebulan ini. Aku sangat lega jika akhirnya tulisan ini kukirim kepadamu dan engkau membacanya dengan sepenuh hati.

Aku sadar tulisan ini akan sangat merusak pikiranmu, mentalmu dan segala hari-hari yang akan kamu lalui setelah ini. Meski kutahu engkau makhluk paling cuek, tapi aku sadar sifat aslimu sebenarnya adalah kebalikannya.

Kamu sangatlah peduli pada semua orang dan biasanya aku tidak pernah meleset menilai psikologi seseorang meski aku bukan orang psikologi. Bukan sombong, ini biasanya sedikit kelebihanku selama ini.

Tapi aku sadar, penilaianku bisa saja salah saat aku benar-benar jatuh cinta. Jika itu salah, sekali lagi aku harus menerima kenyataan bahwa aku benar-benar sedang menyukaimu.

Hai kamu, aku bisa menuliskan artikel hingga ribuan kata dalam beberapa jam. Bahkan tanpa sumber yang cukup dan dirimu tahu itu.

Tapi aku tidak mampu menuliskan perasaanku dan seluruh isi otakku bila isinya adalah tentang menyukai dan cinta pada seseorang.

Tahukah kamu, tulisan ini aku selesaikan setiap kali luka dan rindu yang membuncah muncul begitu saja padamu selama 1 bulan belakangan ini.

Puncaknya saat dirimu membalas chat mwhehe dan hehehe doank. Jadi, tulisan ini bukan tulisan tadi pagi atau curhatan hari ini saja. Tapi ungkapan perasaan yang kutahan selama sebulan ini.

Aku tak mampu menyelesaikan tulisan ini. Sumpah. 🥺 Aku tak mau menyakitimu lebih dalam hanya untuk egoku yang ingin dirimu tahu bahwa perasaanku bergeser menjadi cinta dan aku menyukaimu. 🙏


Apapun itu setelah ini, aku ikhlas 🙏🥺. Aku sadar akan perasaan dan takdir yang salah ini. Aku ikhlas seikhlas-ikhlasnya.

Aku juga akan berusaha ikhlas untuk apapun itu. Termasuk sikap, tanggapan dan kemarahanmu setelah menyelesaikan membaca dan menelaah isi tulisan ini.

Meski jujur, entah aku mampu atau tidak menjalaninya setelah ini tanpamu atau denganmu. Hanya saja aku selalu berharap rindu tetap terbalaskan dengan cara-caranya yang baik antara kamu dan aku. Bukan malah benci dan saling menghindari.

Sekali lagi ijinkan aku berharap dan memohon tak ada perubahan sikap darimu setelah ini. Kemarahanmu, bacotanmu dan seluruh perhatian darimu tetap akan selalu aku rindukan.

Tapi sekali lagi aku tetap menyadari dan memahami tak ada tanah yang tak akan basah setelah hujan semalaman. Tidak ada yang tidak akan tersakiti setelah dilukai.

Melalui tulisan ini, aku memohon maaf atas apa yang telah aku lakukan terhadapmu termasuk tentang perasaanku padamu dan dengan lancangnya mengungkapkannya padamu.

Aku akan berusaha kuat dan ingin melewati sisa hidup ini dengan baik. Oleh karena itu mohon dengan sangat maafkanlah perasaanku yang salah. Maafkan semua yang telah kulakukan padamu.

Seumur hidup aku mencoba untuk menolak takdir ini. Selama itu juga aku tersiksa dengan perasaan ini. Meski tidak terima dengan takdir ini. Aku tetap berusaha ikhlas dan menjalaninya dengan baik. Sampai aku benar-benar lelah. 🥺

Jika seandainya aku tidak mampu melewatinya, apapun yang terjadi padaku setelah ini. Aku mohon, maafkan aku dan sekali-kali kunjungilah orangtuaku. Sebab hanya beliau satu-satunya alasan aku bisa bertahan sejauh ini.

Beliau sudah menganggap dirimu seperti anak kandung. Sama seperti dulu aku menganggap dirimu sebagai saudara kandung kesayangan. 🙏

Sekali lagi maafkan aku dan perasaanku. Aku berharap kamu juga memiliki rasa yang sama. Meski aku menginginkannya tapi jujur aku tetap membencinya. Membenci perasaan ini. 🙏🥺

Jika sekiranya kamu memilih untuk membenciku setelah ini. Kumohon simpan semua ini hanya untukmu. Simpan keburukankanku cukup hanya untukmu begitu juga dengan kebaikanku (jika ada).

Terimakasih sebelumnya untuk seluruh kebahagiaan yang selama ini kamu berikan. Suatu saat aku akan sangat merindukannya. 🙏🥺

---

Jangan lupa untuk follow dan subscribes uncchu.com di google news dan youtube.

Afriant Ishaq
Afriant Ishaq A male blogger who is afraid of heights and always faints when sees blood. But once active as an HIV AIDS counselor, and an announcer on a radio.

Posting Komentar untuk "Maafkan Aku dan Perasaanku yang Muncul Begitu Saja"