Hanya yang Terluka yang Merasakan Rasa Sakit

Terluka
Yang Terluka – Saya tidak tahu lagi harus menuliskan dan mengatakannya di mana. Menulisnya di uncchu.com adalah pilihan terakhir yang harus saya lakukan. 

Saya telah mencoba dan saya telah memendamnya sekian lama. Kalian bebas menghakimi dan saya juga tidak akan menuntut apa yang telah kalian katakan dan apa pendapat kalian tentang saya.

Setidaknya jika kalian menemukan tulisan ini dan saya masih bertahan artinya saya mampu melewatinya. 

Tapi jika saya tidak ada lagi berarti ini adalah kesempatan terakhir saya menuliskan isi hati saya. 

Isi hati yang selama ini tidak pernah saya ungkapkan kepada siapapun selain kepada tulisan.

Kalian Mungkin berkata saya adalah pria yang lemah. Kalian juga mungkin akan berkata iman saya sangat lemah. 

Saya akui mungkin itu tidak sepenuhnya salah. Tapi jika kalian mengatakan saya tidak pernah berusaha untuk melawannya.

Itu salah besar, tahukah kalian tiap waktu dan setiap kali ada kesempatan. Ketika saya membuka browser saya tidak membuka facebook dan IG. Saya justru habiskan waktu saya untuk belajar tentang diri saya.

Usaha apa saja yang saya lakukan untuk mengobati saya yang terluka?

Tidak terhitung lagi banyak artikel yang saya pelajari dan kemudian menuliskan ulang di uncchu.com. itu bukan semata-mata saya lakukan untuk membuat blog saya selalu update.

Hal yang sebenarnya saya lakukan adalah saya mempelajari, memahaminya dan kemudian menuliskannya kembali agar saya ingat cara dan tips bagaimana mengatasi rasa sakit yang saya miliki.

Saya pernah menangis ketika teman-teman di grup Wa bercerita tentang sebaiknya menulis yang baik-baik saja. 

Ingin rasanya waktu itu saya komen balik tentang apa yang ia ungkapkan. Biasanya orang yang tidak pernah merasakan apa yang saya rasakan tidak akan pernah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Saya menulis tentang psikologi agar saya bisa mengontrol mental saya sendiri. Jika saya tidak memiliki penyakit seperti ini saya tidak akan mencari artikel-artikel tentang psikologi.

“Jangan buru-buru menghakimi diri sendiri sakit” begitu kata salah seorang teman kepada saya. 

Teman tersebut adalah teman sekian yang peduli kepada saya. Meski pada akhirnya mereka yang peduli meninggalkan saya dan menganggap saya benar-benar sakit.

Hal tersebut mungkin senada dengan mereka yang sedang sakit perut misalnya. Tentu saja mereka akan mencari artikel tentang bagaimana mengatasi rasa sakit perut. 

Jika mereka tidak sakit perut saya rasa mereka tidak akan mencari artikel-artikel yang berkaitan dengan sakit perut.

Begitu juga dengan saya, saya mencari artikel tentang psikologi dan menulis tentang psikologi bukan berarti saya tertarik. 

Saya menuliskannya hanya karena ingin mengingatnya kembali dan menuliskan kembali adalah salah satu cara mengingat yang baik bagi saya.

Saya geli melihat ia berkomentar dengan bangganya berkata tidak harus menulis yang buruk-buruk agar yang buruk juga tidak terjadi. Ah sudahlah, sekali lagi hanya yang terluka yang merasakan sakit.

Bagaimanapun, yang mencintai diri sepenuh hati tetaplah diri sendiri bukan? Saya melakukan ini demi deri sendiri yang terluka dan orang-orang yang saya sayangi.

Semoga suatu waktu, mereka yang menghakimi paham akan sebuah situasi. Situasi yang sedang saya alami. 

Sekali lagi, ini bukan perkara lemah kuatnya iman, tapi masalah mental illness yang kalian anggap gak ada. Hanya yang terluka yang merasakan sakit dari luka.

---

Jangan lupa untuk follow dan subscribes uncchu.com di google news dan youtube.

A male blogger who is afraid of heights and always faints when sees blood. But once active as an HIV AIDS counselor, and an announcer on a radio.